Stress selama kehamilan dapat memberikan dampak yang serius bagi kesehatan ibu dan juga janin yang dikandungnya. Menurut penelitian terbaru, stress selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan kejang yang tiba-tiba dan berulang. Penyebab pasti dari epilepsi belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, salah satunya adalah stress selama kehamilan.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa ibu yang mengalami tingkat stress yang tinggi selama kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak yang mengalami epilepsi. Stress selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko gangguan neurologis termasuk epilepsi.
Selain itu, stress selama kehamilan juga dapat memicu peningkatan kadar hormon stres seperti kortisol yang dapat merusak perkembangan otak janin. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf janin yang dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak kelak.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stress dengan baik selama kehamilan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengurangi stress seperti berolahraga ringan, meditasi, yoga, atau terapi psikologis. Mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman juga dapat membantu mengurangi tingkat stress selama kehamilan.
Selain itu, penting juga bagi ibu hamil untuk menjaga pola makan yang sehat, istirahat yang cukup, dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter. Dengan menjaga kondisi fisik dan mental yang baik selama kehamilan, risiko anak mengalami epilepsi dapat dikurangi.
Dalam menghadapi stress selama kehamilan, penting bagi ibu hamu untuk tetap tenang dan positif. Dengan menjaga kesehatan fisik dan mental selama kehamilan, kita dapat memberikan perlindungan terbaik bagi kesehatan janin yang dikandung dan mencegah risiko gangguan neurologis seperti epilepsi pada anak kelak.