Pembuatan alat musik etnik tidak hanya memperkaya budaya suatu daerah, namun juga mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari sebuah desa di Xinjiang, China, yang berhasil hidupkan kembali dengan pembuatan alat musik etnik.
Desa tersebut terkenal dengan alat musik tradisionalnya yang bernama “dutar”, yaitu sebuah alat musik senar yang sering digunakan dalam musik etnik di wilayah Xinjiang. Namun, pada beberapa tahun terakhir, pembuatan alat musik ini mulai mengalami penurunan karena kurangnya minat dari generasi muda untuk mempelajari dan meneruskan tradisi tersebut.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah setempat bersama dengan para tokoh masyarakat mulai menggalakkan pembuatan alat musik etnik tersebut. Mereka memberikan pelatihan kepada para pengrajin lokal untuk memperbaiki kualitas dari alat musik tersebut, serta memperkenalkannya kepada wisatawan yang datang ke desa tersebut.
Hasilnya, pembuatan alat musik etnik ini mulai diminati kembali oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang datang ke desa tersebut. Hal ini tidak hanya mempertahankan tradisi budaya yang ada, namun juga mampu memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat desa tersebut.
Dengan adanya pembuatan alat musik etnik yang hidup kembali, desa ini pun semakin terkenal dan ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi perekonomian desa tersebut, serta turut melestarikan budaya dan tradisi yang ada.
Dengan demikian, pembuatan alat musik etnik tidak hanya berperan dalam memperkaya budaya suatu daerah, namun juga mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat setempat. Sehingga, peran dari alat musik etnik tidak boleh dianggap remeh, melainkan perlu dijaga dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang.